Jumat, 03 Juli 2009

Sempurna .

Pernahkah kita memikirkan, saat kita dilahirkan apa yang memilih keluarga kita ?
Pernahkah kita memikirkan, saat kita masih di alam ruh, kita meminta keistimewaan-keistimewaan pada Tuhan ?

Pertanyaan-pertanyaan menggelitik. Saat kita merasa takdir terlalu berat untuk dihadapi. Ketika masalah muncul diluar nalar. Saat alam bawah sadar sulit menjangkau hal-hal duniawi.

Terkadang, masing-masing manusia merasa masalahnya lah yang paling berat. Merasa paling menderita saat putus cinta. Merasa paling teraniaya ketika mendapatkan seorang musuh. Merasa paling bodoh saat salah langkah dalam mengambil keputusan.

Tapi itu semua seharusnya kalian tahu bukan ?

Saat di surga sana, Ruh kita mengalami perjanjian dengan Tuhan. Masing-masing diberitahukan akan kejadian-kejadian dan ujian-ujian yang akan dihadapi masing-masing orang. Dan ternyata kita pun menyetujui bukan ?

Ya, tentu saja kita menyetujui semuanya. Karena jika tidak, kita tak akan pernah dilahirkan. Kita akan terus-menerus melakukan perjanjian dengan Tuhan.

Setiap hal terkecil dalam hidup kita sudah dipikirkan Tuhan, apa dan bagaimana nya. Tak hanya hal-hal besar. Tapi bagian sangat terkecil.

Pernah menyadari, seandainya DNA kita cacat ? mungkin kita tak menjadi manusia. Mungkin saja hewab atau tumbuhan.

Kesempurnaan sebisa mungkin diciptakan Tuhan untuk kita. Tak hanya secara fisik, tapi juga inti jiwa. Sikap dan perilaku.

Masing-masing memiliki standar kesempurnaan masing-masing.

Lalu mengapa kita masih mengeluhkan semua itu ?

Menyalahkan takdir akan setiap permasalahan. Salah bukan ?

Bagi saya hidup saya sangat sempurna. Terlahir dikeluarga yang cukup intelektual. Dengan mengedepankan pendidikan. Baik pendidikan formal maupun agama. Sejak kecil mendapat kasih sayang orang tua. Lingkungan keluarga yang cukup harmonis. Masuk usia sekolah. Selalu mendapatkan yang terbaik. Mulai dari taman kanak-kanak di sekolah Islam. Kemudian masuk SD unggulan. Dikelas unggulan pula. Disertakan beberapa lomba. Entah dibidang akademik maupun non akademik. Lalu SMP masuk di SMP terfaforit se kabupaten. Yang namanya sudah tersohor. Mendapatkan sahabat. Mengikuti Basket. Yang menjadi awal babak baru. SMA yang katanya masa paling indah. Menjadi bagian dari keluarga besar SMAN 1 Jember yang berstandar internasional serta bagian dari Siswa Pecinta Alam. Tak hanya itu. Kenikmatan dating saat masuk universitas. Sebuah kebanggan menjadi bagian dari Keluarga Kriminologi Universitas Indonesia. Lalu mendapat beberapa amanah di BEM FISIP. Dan yang paling berharga, teman-teman serta Senior yang cujup perhatian dan memahamiku. Terlampau cukup malah. Tawa-canda kadang tangisan meluncur. Tak hanya pujian. Kadangkala dibelakang terdengar kritik-kritik menggelitik telinga. Sangat sempurna bukan.

Mungkin standar orang lain beda lagi. Dan semuanya punya ukurannya masing-masing.

Tapi terkadang masih ada orang yang tidak puas dengan hidupnya. Sehingga ketika ujian demi ujian dating yang dilakukan hanya mengeluh. Berbeda jika ujian yang diberikan adalah sebuah kebahagiaan. Yah, enggak bisa dipungkiri. Siap sih yang enggak mau bahagia. Tapi jangan sampai kebahagiaan menjadikan kita terlena.

Suatu saat, kita akan memahami kesempurnaan hidup dalam diri kita masing-masing. Disaat itu tiba jangan ada penyesalan sedikitpun. Karena semuanya dirancang dengan Sempurna oleh Sang Maha Sempurna. Syukur semuanya. Termasuk setiap kesdihan yang hadir.

Satu kuncinya : Ikhlas.

Masa depan kita, sebenarnyapun sudah kita ketahui sejak awal. Karena itu merupakan bagian dari perjanjian kita dengan Tuhan. Hanya saja. Kita dilupkan sejenak oleh Tuhan. Karena jika kita mengingat semuanya, hidup kita tak ada tantangannya bukan. Kita jadi tidak menghargai Hidup, Pilihan, dan Keputusan. Karena kita selayaknya menjalani scenario yang ada.

Meramalkan masa depan cukup sulit. Sehingga terkadang para pembaca masa depan, tak mau mengungkapkan apa yang sebenarnya (ini menurutku). Karena masa depan yang penuh misteri tiap-tiap orang akan rumit. Terlalu banyak jalan yang harus dititi untuk menyimpulkan. Salah membaca akan mengakibatkan sugesti yang buruk pula.

Tak ada peramal tepat. Yang ada mereka meramalkan. Kita tersugesti sehingga keputusan kita menjadi terpenuhi seperti apa yang diramalkan, maka terjadilah ramalan itu.

Lho kok malah keramalan ?
Ya, karena smeuanya berhubungan.
Ramalan muncul karena ada orang yang merasa tidak puas dengan hidupnya. Mencoba mencuro tahu apa yang akan terjadi dalam hidupnya. Berharap semuanya mengubah segalanya. Menjadi lebih baik.

Aku bukan orang yang ahli dalam ramal meramal. Tapi aku yakin. Dimasa depan. Saat kondisi semakin sulit, akan semakin orang yang banyak mempercayai ramalan dan hal Ghaib yang sulit disingkap. Karena kehidupan selalu berputar seperti roda.

Dulu dunia dimulai dengan hal primitive. Dan akan diakhiri pula dengan hal primitive. Yah. Tak bisa dipungkiri teknologi akan semakin maju. Tapi bukan primitive akan hal itu. Tapi primitive dalam pemikiran mereka sendiri.

So, enjoy your live. Buat keputusan yang kamu yakini tepat. Hadapi semuanya dengan senyuman. Semangat !

^_^cielpelangibiru^_^
Jember, 3 Juli 2009

3 komentar: