Selasa, 28 April 2009

Kisah 3 Minggu Si Matahari dan Bayang-bayang

Alkisah pada suatu hari, Matahari meminta pada angin yang sekedar lewat untuk mengenalkannya pada Bayang-bayang, dengan sebuah alasan yang diajukan Matahari, bahwa Matahari membutuhkan Bayang-bayang untuk pekerjaannya. Awalnya Bayang-bayang menolak permintaan itu, namun akhirnya ia mau juga. dengan alasan hanya ingin membantu Angin saja.

Hari demi hari. Bayang-bayang semakin sibuk bekerja. entah pekerjannya sendiri maupun kesediaannya untuk membantu Matahari. Tanpa kenal lelah dan ketulusan hati dilakukan Bayang-bayang demi Matahari kenalannya yang baru. Tapi yang dirasakan Bayang-bayang kemudian adalah kekecewaan nomer 1. Matahari hanya melirik sekilas kerja Bayang-bayang. tanpa berucap terima kasih dan maaf. Bayang-bayang merasa sangat kesal. hasil kerjanya tidak dihargai. Tapi bayang-bayang mencoba bersabar. dikuburnya dalam-dalam rasa sakit itu. dihapuskannya rasa marah itu. karena ia tahu, Matahari lebih lelah daripadanya. Matahari sibuk akan tanggung jawabnya yang menggunung. mulianya Bayang-bayang. menyembunyikan itu semua. diingkarinya rasa marah dan sebal itu juga rasa sayang yang mulai ia rasakan. karena Bayang-bayang tahu itu tak lebih dari rasa kasihan belaka.

berjalan satu minggu dari perkenalan itu. suatu malam, Matahari bercerita pada Bayang-bayang. akan kekecewaannya pada awan-awan yang senantiasa menutupi pesona dan sinar Matahari. lagi-lagi Bayang-bayang bertindak bijaksana dan amat mulia. ia sembunyikan rasa kesal Matahari itu. dipenjarakannya dalam pikiran dan hatinya. kemudian terjadi lagi. selesai itu. lagi-lagi tak terucap kata terima kasih dan maaf dari Matahari. kekecewaan nomer 2. tapi. Bayang-bayang masih mau menerima. ditolerirnya kekecewaan yang dia rasakan. dia buang jauh lalu dienyahkan. sama seperti cara ia mengenyahkan Bintang.

2 minggu berjalan sejak perkenalan itu. perasaan yang dikira Bayang-bayang hanyalah sebuah emosi sesaat semata. akan rasa kasihan pada Matahari, tak mau berkompromi lagi. rasa itu enggan terlalu lama mendekam di pikiran dan hati Bayang-bayang. lalu memberontaklah perasaan itu. mengoyak pertahanan hati Bayang-bayang. namun tak terkatakan. perasaan akan Bayang-bayang yang menyayangi Matahari tanpa syarat. tak terkatakan karena Bintang hadir tiba-tiba, mencegah sebuah kisah tentang Bayang-bayang yang baru dimulai. saat yang tidak tepat. tersimpanlah kisah itu. kisah akan perasaan Bayang-bayang pada Matahari.

3 hari setelah itu. Bayang-bayang tak mampu lagi. menahan akan gejolak yang ia rasakan. Ditatapnya punggung Matahari, diyakinkan dalam hati. akan bergerak mengarah pada siapakah hatinya. lalu diputuskanlah. Bayang-bayang benar-benar menyayangi Matahari tanpa syarat. akan tetapi terjadilah kekecawaan nomer 3. karena tiba-tiba saja Matahari berpaling dari Bayang-bayang. tepat saat keputusan itu baru diambil. tak mampu menahan. lalu berceritalah Byang-bayang pada Angin yang sekedar lewat. disampaikan pula pada rintik hujan yang terus menangis. dan kemudian disimpannya rapat-rapat. agar tak ada yang tau. pun matahari dan Bintang.

tepat 3 minggu kisah ini berjalan. Matahari benar-benar pergi dari Bayang-bayang. karena Matahari melihat Bulan diseberang sana. padahal Bulan takkan bisa diraih Matahari.
terlalu jauh dan terlalu berbeda. Tapi Matahari tetap kukuh untuk menjembput Bulan. dan pergi begitu saja. yang ini kekecewaan nomer 4. untuk Bayang-bayang ini cukup. diputuskannya ia pergi dengan segera. sakit memang. patah hati memang. tapi memang tak ada yang bisa diperbuat. tak ada yang bisa diperbaiki. dan, Bayang-bayang pergi. sejauh mungkin. walaupun Bayang-bayang tak mati. karena gelap belum melukisnya. yang Bayang-bayang pahami. kisah dengan Matahari hanya akan dimuat dan dilihat orang lain. dan menunjukkan pada Matahari bahwa ia tak akan terhapus. namun tak akan ada penerimaan kembali pada Matahari. ataupun Bayang-bayang harus berlari pada Bintang. karena kisah hanyalah kisah. yang cukup diketahui saja. agar tak terulang sakitnya.

Jakarta, 28 April 2009
.ciel.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar